|
|
 |
|
|
|
|
|
Peran Ilmu Pengetahuan Agama Buddha Dalam Konstruksi Etika Sosial Dan Spirtual Masyarakat |
|
|
|
Author |
Ismoyo, Tejo (著)
;
Lisniasari (著)
;
Boniran (著)
|
Source |
Jurnal Pendidikan Buddha dan Isu Sosial Kontemporer
|
Volume | v.3 n.2 |
Date | 2021.12 |
Pages | 84 - 92 |
Publisher | STAB Bodhi Dharma |
Publisher Url |
https://bodhidharma.ac.id/
|
Location | Medan, Indonesia [棉蘭, 印尼] |
Content type | 期刊論文=Journal Article |
Language | 印尼文=Indonesian |
Keyword | Ethics=Etika; Social=Sosial; Spiritual |
Abstract | Religion teaches and guides its followers in conducting religious processions or ceremonies, especially in respect for the soul and heart in order to know God, a process that often takes place with the process of spiritual formation. Spirituality, spirituality, and spirituality itself refer to the word Spirit or Spirius, which means breath. The values of spirituality are beliefs, norms and ethics. Transcendence and experience, awareness and awareness of the transcendent dimension of one's life.Connecting will awaken awareness of the relationship between ourselves and others and between God and his human soul. Every religion offers a doctrine of truth that cannot be changed by humans. Religion regards revelation as absolute, but it can be interpreted. Therefore, when religion intersects with ethics, it is impossible to change doctrines in absolute terms, but in absolute terms, ethics has the role of protecting the perpetrators and not being biased. With ethical rationality, religion can be achieved in context (Teichman, 2003: 3) Ethics cannot activate religion, religion is the right thing to give moral orientation. Religious people find the basic orientation of life in their religion. Religious expect his teachings rationally. This research method uses descriptive qualitative literature sources that aidin data writing. The results of the study show that Buddhism uses various teachings to shape the social ethics of spirituality for the community
Agama mengajarkan dan membimbing pemeluknya dalam melakukan prosesi atau upacara keagamaan, khususnya dalam menghormati jiwa dan hati manusia dalam rangka mengenal Tuhan, suatu proses yang sering dikaitkan dengan proses pembentukan spiritual. Spiritualitas, spiritualitas, dan spiritualisme sendiri mengacu pada kata Spirit atau Spirius yang berarti nafas. Nilaidari spritualitasadalah keyakinan, norma dan etika yang dihormati. Transendensi dan sebuahpengalaman, kesadaran dan kesadaran akan dimensi transenden kehidupan tentang diri sendiri.Menghubungkan berarti membangkitkan kesadaran akan hubungan antara diri kita dengan orang lain dan antara Tuhan dan jiwa manusianya. Setiap agama memberikan doktrin kebenaran yang tidak dapat diubah oleh manusia. Agama menganggap wahyu itu mutlak, tetapi bisa dimaknai. Oleh karena itu, ketika agama bersinggungan dengan etika, tidak mungkin mengubah ajaran agama secara absolut, tetapi secara absolut, etika memiliki peran melindungi pelaku, bukan untuk bias. Dengan rasionalitas etis, agama dapat dipahami dalam konteks (Teichman, 2003: 3) Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama adalah hal yang tepat untuk memberikan bimbingan moral. Religius menemukan orientasi fundamental kehidupan dalam agamanya. Religius mengharapkan ajaran agamanya rasional. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dari sumber literatur yang mendukung data penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agama Buddha menerapkan berbagai ajaran untuk membentuk konstruksi etika sosial spiritualitas bagi masyarakat. |
Table of contents | Abstrak 84 PENDAHULUAN 85 METODE 86 HASIL 86 SIMPULAN 91 REFERENSI 92 |
ISSN | 27981711 (P) |
DOI | https://doi.org/10.56325/jpbisk.v3i2.48 |
Hits | 153 |
Created date | 2022.10.18 |
Modified date | 2022.10.18 |

|
Best viewed with Chrome, Firefox, Safari(Mac) but not supported IE
|
|
|