|
|
![](en/images/title/Title_FulltextSearch.gif) |
|
|
|
|
|
Peranan Kebudayaan Tionghoa terhadap Perkembangan Agama Buddha |
|
|
|
Author |
Kusuma, Grinata (著)
;
Yonata, Hendrian (著)
;
Wijoyo, Hadion (著)
|
Source |
Prosiding Ilmu Agama dan Pendidikan Agama Buddha
|
Volume | v.1 n.1 |
Date | 2020.12 |
Pages | 29 - 40 |
Publisher | STAB Dharma Widya |
Publisher Url |
http://bkpb.org/sekolah/stab-dharma-widya/58
|
Location | Tangerang, Indonesia |
Content type | 期刊論文=Journal Article |
Language | 印尼文=Indonesian |
Keyword | Peranan=Role; Kebudayaan Tionghoa=Chinese Culture; Perkembangan Agama Buddha=Development of Buddhism |
Abstract | Budaya Tionghoa yang masih dijalankan di Indonesia ini memiliki keunikannya sendiri. Budaya ini sudah tidak sama lagi dengan budaya aslinya yang di Tiongkok karena sudah mengalami akulturasi dengan kebudayaan asli. Bagi masyarakat Indonesia sendiri, kebudayaan masyarakat Tionghoa sudah tidak asing lagi, seperti kesenian Barongsai dan makanan (Chinese food). Tarian barongsai saat ini sudah membumi, dimana yang memainkannya sudah banyak dari kalangan pribumi Indonesia begitu juga dengan Chinese food. Barongsai ini merupakan bagian kecil dari kekayaan budaya Tionghoa. Dalam hal religi, orang Tionghoa pada dasarnya menganut ajaran Sam Kauw, yang merupakan perpaduan dari ajaran Kong Hu Cu, Tao, dan Buddha. Dalam Sam Kauw, ajaran yang paling menonjol dalam arti yang paling banyak mempengaruhi kehidupan orang-orang Tionghoa secara keseluruhan adalah ajaran Kong Hu Cu. Masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia tersebar di setiap kota-kota dan bahkan ke pelosok desa. Mereka umumnya tinggal di tempat-tempat yang disebut Kampung Pecinan. Orang-orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia mendapat sebutan yang disesuaikan dengan daerah dimana mereka tinggal. Agama Buddha di Desa Rancahiyu berkembang dengan baik, umat Buddha mengikuti kegiatan keagamaan dengan memeperthankan tradisi kebudayaan setempat yang masih dijalankan : budaya baca parita, budaya pattidana, budaya retret dan Pabbajja, budaya sesajian, dan budaya menajalankan ajaran Buddha.
The Chinese culture that is still practised in Indonesia has its uniqueness. This culture is no longer the same as the original culture in China because it has experienced acculturation with the original culture. For the Indonesian people themselves, the culture of the Chinese community is already familiar, such as the Barongsai art and food (Chinese food). Barongsai dance is now grounded, where many Indonesian natives play it as well as Chinese food. This lion dance is a small part of the richness of Chinese culture. In terms of religion, the Chinese adhere to the teachings of Sam Kauw, which is a blend of Confucian, Taoist, and Buddhist teachings. In Sam Kauw, the teaching that stands out the most in the sense that it affects the lives of the Chinese people as a whole is the Confucian teachings. The Chinese ethnic community in Indonesia is scattered in every city and even to remote villages. They generally live in places called Chinatowns. Chinese people who live in Indonesia get a designation that is adjusted to the area in which they live. Buddhism in Rancahiyu Village is developing well, Buddhists follow religious activities by upholding the local cultural traditions that are still being carried out: chanting culture, pattidana culture, the culture of retreats and Pabbajja, culture of offerings, and culture of practising Buddhist teachings. |
Table of contents | Abstrak 29 Pendahuluan 30 Metode 32 Hasil dan Pembahasan 35 Kesimpulan 39 Daftar Pustaka 39 |
ISSN | 27743632 (E) |
Hits | 32 |
Created date | 2022.12.13 |
Modified date | 2022.12.13 |
![](en/images/logo/bg-btn-edit.png)
|
Best viewed with Chrome, Firefox, Safari(Mac) but not supported IE
|
|
|